Rabu, 05 Maret 2014

DON'T BE SAD!

         Matanya menelisik, menjalari tiap-tiap huruf yang tersebar di kolom-kolom koran pagi. Berputar – putar, naik-turun mengikuti alur, matanya terus bergerilya sampai menemukan yang ia pinta. Setiap kali ada pekerjaan yang sesuai dengan kehendak hatinya, dikeluarkanlah pena beserta buku ajaib. Buku ajaib ini merupakan kumpulan daftar perusahaan mana yang akan dimasukkan lamaran. Terlihat coretan disana , tertera lebih dari 50 coretan yang ia simpan. Namun beribu sayang, setitik cahaya yang menjadi harapannya hanya genggap-gempita sebatas di hatinya.


Kacamata yang ia kenakan sedikit merendah. Tangan kanan yang masih melilit pena ia gerakkan kearah kacamata yang kian rendah. Jari tengahnya seperti mematuk dan mendorong, kacamata pun terlihat seimbang di menara hidung yang lumayan tinggi.
Pukul 07.00, waktunya Rena berjalan menuju tempat Bulek untuk membantu membuat keripik sagu. Keripik sagu merupakan camilan khas dari Imogiri. Rasa yang gurih dan pengirisan tipis cocok untuk menemani kebersamaan saat berkumpul dengan keluarga maupun dengan teman.
Rena kerja serabutan. Pagi membantu Bulek pengepakkan sampai penyetoran ketoko. Sore terkadang memberikan les privat jika ada panggilan dari pelanggan. Itulah sebagian besar kegiatan harian Rena si gendut, orang-orang kampung di desanya menyebut ia demikian.
                                                                   ***
Semilir angin menerpa wajah dan tubuh gadis manis itu. Sejuk. Rasa kantuk semalam akibat lembur membuat corat-coret tulisan yang biasanya ia  kirimkan ke surat kabar masih tertahan. Meski tak semua hasil karya yang telah ia buat termuat rapi dan muncul di halaman utama. Atas nama ikhtiar dan memang menjadi sebuah hobi, Rena tak mempermasalahkan masalah itu.
Hoamm. Berkali-kali gadis desa itu menguap.
‘Ren, sana cuci muka dulu’ suruh Bulek melihat ponakannya menguap beberapa kali
‘Tidur jam berapa semalam? Lembur lagi pasti!’ Selidik Bulek.
‘Iya Bulek’ jawab Rena sambil terkekeh garuk-garuk kepala
‘Kamu udahin aja itu, apa itu namanya , bikin artikulasi ato apa Ren?’
‘Article ’
‘Nah maksudnya itu’ menghela nafas ‘kita kan bisa join dan menggerakkan bisnis kita bareng-bareng, iya kan? Nanti masalah pemasukan bisa kita kelola Ren, ya mau ya’ harap Bulek

Melihat Bulek sedemikian Rena merasakan rasa bersyukur serta tak enak hati,entah. Apa karena anggannya masih tinggi , mempunyai impian bekerja di perusaan besar dan mentereng, atau hanya mengejar masalah status sosial?. Ah entah, tak menahulah tentang hal demikian. Yang ada dibenak adalah bagaimana cara mengentas dari kemiskinan yang melanda keluarganya yang terbilang di bawah standar kesejahteraan. Membantu ayah ibu, menyekolahkan ade yang masa depannya masih panjang. Itu yang terpenting,rencana Rena.
                                                                        ***
Berpuluh-puluh bungkus keripik sagu telah tertata rapi. Box – box kripik sagu siap untuk dikirim keberbagai tempat. Menyelusuri jalan raya yang bisa dibilang masih segar, memberikan perasaan positif tersendiri. 
‘Bismillah..ya Robb lancarkan, cukupkan rezeki hamba-hambamu ini ya Allah Aamiin,”harap Rena.
Toko pertama mendapat setoran 10 bungkus, toko kedua 20 bungkus,dan toko ketiga 30 bungkus. Alhamdulillah 2 kotak kripik sagu yang kemaren disetor juga habis tak tersisa. Hanya Ia Sang Pemberi segala, hanya Ia yang mengizinkan kripik-kripik sagu terjual habis tak bersisa.
Jam menunjukkan pukul 11.30, kaki mantapnya melangkah ke Masjid terdekat. Sebentara lagi azan. Mendung. Angin pun terasa lebih kencang. Dingin. Menunggu adzan dzuhur gadis berkerudung hijau itu duduk diserambi. Matanya terpendar keseluruh masjid. Mata jelinya  mendapati papan pengumuman, berisi berbagai hal tak terkecuali selebaran yang cukup menggoda hatinya.
‘Lowongan kerja TKI ke Canada’ Bibir merahnya layaknya mengeja,mata membulat, tercenung,dan berfikir. “Apa aku daftar kesana saja ya? Namun setelah membaca lebih detail, kudapati tulisan sebagai buruh” pikirannya menciut muka berubah kalut. Ada sesak yang menjalari dalam hati, wajah ayah ibu membayangi. Hmm sebagai lulusan sarjana yang telah menganggur 1 th itu adalah prestasi luar biasa dalam hidup gadis manis itu. “Dan ada sedikit rasa ingin mencoba lowongan kerja di sana namun dalam sisi lain apa yang akan dikata ayah jika hanya sebagai buruh disana?”hatinya berperang. Ah gengsi memang bikin mati. 

Ayah yang selalu memberikan support dikala Rena terjatuh selalu mengatakan:
“Rezeki itu datang dari Allah Ren, mintalah padaNya, insya Allah dikasih dan jangan hanya tertuju tentang soal materi saja. Ada yang kekayaannya sampai milyaran rupiah, namun apa yang terjadi dengan keluarganya? Anak-anaknya rusak tak karuan kepribadiannya, istrinya hobi selingkuh, naudzubillah. Berdoalah mendapat rezeki yang menentramkan hati dan memberikan kecukupan Nduk. Kecukupan bukan hanya soal materi,namun kecukupan batin juga. Berdoa, dzikir, sholat malam, diperbanyak semoga dimudahkan jalanmu anakku”.
Perlahan tak terasa bulir-bulir air mata menuruni bukit pipi tembemnya. Hangat. Adzan berkumandang. Mendengar suara itu rasanya menyejukkan. Sholat dzuhur ditunaikan. Setelah sepi, ia masih saja bersimpuh memanjangkan doa untuk kebaikan dunia akherat. 
“Ya  Robb, apakah ini yang terbaik bagi hamba. Sudah 1 th Rabb, sudah 1 th hamba mohon dengan sangat lapangkan rezeki hamba ya Allah. Rezeki yang menenangkan, yang mencukupkan lahir batin, untuk diriku dan kelebihannya untuk hambaMu yang lain. Allah... hamba yakin kondisi ini sudah Engkau perhitungkan untukku karena tak ada sesuatu keputusanMu yang luput dari kata sempurna. Ya Allah ..tolong dengan sangat..tolong dengan sangat..jangan biarkan iman tercerabut dalam dada atas nama ketidakberdayaan, sungguh Allah Engkau penolong yang nyata,”isaknya penuh harap dalam doa.
Air mata yang tertahan mengambang di pelupuk mata akhirnya mengalir deras membasahi pipi. Tergugu, meluapkan apa yang ada dalam hati. Semoga Allah menguatkan tiap hamba-hambaNYa yang mengalami kesulitan. Amin

                                                                         ***
Tetaplah dekat padaku Allah, sejatinya hatiku tak bisa jauh dari Mu

Kunci ditancapkan motor di nyalakan. Rena arahkan kembali ke rumah Bulek tuk pelaporan misi telah selesai.
“Alhamdulillah, trimakasih ya Ren,”Bulek tersenyum senang
“Ini untuk kamu,” sembari Bulek memberikan uang 100rb kepada gadis bermata jeli itu.
“Alhamdulillah, terimakasih Bulek,” Terimakasih Allah atas rezekimu hari ini. Tersenyum.
                                                                         ***
Batin dalam hati gadis itu :
Tak buntu hanya saja belumku temukan jalan itu. Tak menahu seberapa lama akan seperti ini. Namun waktu tiada henti. Akan ku temui apa dimasa depan nanti?, tak ingin ku pandang. Yang ku tatap adalah hari ini, hari dimana aku bergelut dengan waktu. Hari saat peluh-peluh menjadi saksi bisu masa depan kelak. 
Harapan. Rasanya dengan kata-kata itu aku...entah. Takut. Yang terfikir adalah hari ini. Untuk masa depan nanti ku serahkan pada illahi.
Apa aku menyerah?
Untuk coretan yang kelima puluh lima perusahaan aku menyodorkan cv ,apa itu tanda menyerah?
Apa aku putus asa?
Untuk apa menjual kripik sagu dan bekerjasama dengan bibiku, memberikan les privat, apa itu putus asa?

Hanya saja sempat terbesit dalam pikiran untuk membuang semua. Rasa marah, kecewa, takut, cemas tak pelak memenuhi pikiran hina. Tapi tak bisa aku hidup seperti ini, penuh marah serta pikiran negatif lainnya.
Apa ini hidup bahagia?
Tidak!
Pada akhirnya perlahan semua pikiran hina itu ku cabut satu-persatu sampai tak bersisa, sampai tak kurasakan rasa marah, kecewa yang sempat menyesakkan dada.

Apa hanya karena materi , hidupku terkungkung kedalam lembah sengsara?
Sungguh... aku tak ingin menjadi orang yang merugi.

Materi memang dibutuhkan oleh keluarga maupun untuk orang-orang yang berkekurangan. Tapi hati ini yakin. Allah memberikan secuil ujian dan seluas langit penawar. Khusnudzon membuka jalan bahagia dunia akherat.
Tiap bulir peluh dan air mata menjadi saksi, dikala hati meradang butuh kasih, cinta, dan sayang dari Engkau Allah.
Mendobrak ketidakberdayaan banyak aral melintang bukankah kekuatan itu tetap ada? Yaitu Dia Sang Maha Perkasa.

                                                                     ***
La Tahzan For Jobseeker, hanya Allah ..hanya kepadaNya kita meminta pertolongan. Tetap syukuri apa yang ada. Lihatlah lebih luas, jangan hanya terpaku kepada nafsu yang terkadang membuat kita jauh dari Nya. Semoga Allah memaafkan, mengampuni, dan meridhoi apa yang kita pinta padaNya. Barokallah ...semoga bermanfaat.. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar