Senin, 24 Februari 2014

DILEMA GOLONGAN KANAN dan GOLONGAN KIRI

Terpaku Ria menatap kertas yang berada digenggamannya. Tertulis dengan jelas di pojok atas "Formulir 5 Tahun Ke depan". Corat-coret tentang identitas diri telah selesai. Matanya meluncur ke bawah di nomor selanjutnya.
Gamang, ketika ditemukannya antara pilihan Golongan Kanan dan Golongan Kiri dalam menentukan pekerjaan.


Golongan Kanan berkaitan dengan usahawan, Bisnisman dan semacamnya, sedangkan Golongan Kiri merupakan golongan sebagai Karyawan diperusahaan maupun Pegawai Negeri.

Ah matanya mulai menciut, pening di kepala pun menghampiri. Disibaknya tirai yang berada di kamarnya. Menghela nafas memikirkan masa depan yang belum tentu. Sungguh gadis berkerudung merah itu ingin sekali membahagiakan orangtuanya yang belum pernah menginjakkan kaki meski hanya di kotanya sendiri, Kota Besar.
Lagi-lagi berkaitan dengan si uang yang nilainya tak terbayang tuk mengangkut sekeluarganya hijrah.

Pekerjaan kecil-kecilan yang ia geluti pun belum seberapa bisa menyenangkan orangtuanya. Mogok mencari nafkah sehari untuk memikirkan rencana ke depan setelah mendapat seminar hari sebelumnya.
Ijasah di tangan telah tergapai, namun karena keterbatasan kursi sebagai cpns tahun lalu pun membuat ai tak mendapatkannya. Sungguh malang impian yang menggebu di dada meneruskan jenjang studi lanjutan juga seperti hanya mengambang diangan. Sesak.

Keputusasaan terkadang melambai-lambai hebat di kepalanya. Cepat-cepat ia hapus dengan istighfar. Bukankah kita tak boleh berputus asa? Jika iya berarti kepercayaan kepada-Nya mulai luntur saat itu juga, yang pertanda keimanan luntur pula di dada. Stop! Dalam hatinya memekik keras terhadap rasa keputusasaan itu untuk segera musnah.

Menjadi seorang pegawai memang tidak mudah tuk mendapatkan kursi itu, apalagi selalu dan banyak membutuhkan cara-cara yang di luar jalur kejujuran mendapatkannya. Sudah menjadi rahasia umum ya meski tidak semua menggunakan cara yang keji itu. Gaji tetap, itu salah satu yang membuatnya tertarik.
Akan tetapi giuran yang dulu gadis berkerudung merah itu ingini tentang menjadi panutan atau atasan yang bisa diciptakan dengan menjadi usahawan, ingin sekali kelakon. Tapi hidup pasti tak semulus batu pualam, selalu tuk memulainya dibutuhkan perjuangan ekstra keras. Bisnis terkadang menjulang tinggi laris namun jika pailit ah sedih rasanya. Pernah kolap, semua Ikan yang menjadi komoditi kena hama, mati semua. Penghasilan nol. Pening sudah kepala. Intinya tak bisa dijanjikan penghasilan bulanannya.

Memang hidup adalah pilihan. Yang terpenting rasa syukur di perbesar. Kegamangan memang ada, tapi jika Ria hanya berdiam diri, masa depan pun tak tahu apa yang kan terjadi. Serba abu-abu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar