Senin, 24 Februari 2014

HADI AND SUSI

"Siapa bilang persahabatan hanya bermula dari yang indah-indah! Yuk kita intip kisah Hadi dan Susi, mungkin sobat Cahaya ada yang mengalaminya juga. Krisannya ya sobat..tulisan ini dibuat untuk merenggang ketegangan yang melanda di kepala, semoga menjadi obat refreshing siang ini  ^_^ "



Brak. “Aduh!”teriak Susi kesakitan terjungkal di lantai. Tak disangka Hadi teman satu kelas Susi menyeringai menang. Ia tengah bersidekap di belakangnya, menikmati jatuhnya Susi di lantai.

“Hadi, kamu ya yang dorong aku?!” memekik keras sembari mengibas-ngibaskan tangannya merontokkan pasir yang melekat dibaju Susi.

Dengan nada menantang Hadi menjawab,”Emank kalau iya kenapa weekk?” menjulurkan lidah.

Susi tak terima sambil bersungut-sungut segera ia mendorong Hadi. Gadis manis berkucir dua itu berharap mematahkan lawannya, tuk membuat Hadi tersungkur ke lantai. Bel tanda masuk kelas tengah berbunyi. Keributan yang Hadi pimpin membuat Susi meradang dan tak menghiraukan bel masuk. Oh seharusnya mereka kembali ke kelas. Teman-teman yang melihat keributan tersebut malah ikut meramaikan aksi kedua kubu itu.

“Hadi ..Hadi.”
“Susi..Susi”

Teman-teman mereka malah menyoraki yang menambah suasana makin panas. Guru yang mengendus gelagat tak enak segera panik melihat siswanya yang saling dorong.

“Hentikan!”teriak Bu Sundari di seberang kelas. Tergopoh-gopoh Bu Sundari menghampiri. Sampai-sampai rok yang melingkung rapi ia cincing supaya mudah berlari. Anak-anak murid terkejut. Cep ,diam sunyi sewaktu melihat kedatangan Bu Sundari.

“Bubar-bubar, kembali ke dalam kelas!” perintah guru senior yang berkacamata tebal itu.
Rambut kedua siswa yang berkelahi itu acak-acakan serta tubuh terseok-seok di lantai. Kucir Susi patah satu akibat jambakan Hadi. Tak kalah, dua kancing teratas Hadi pun hilang dan tangan kiri Hadi berdekik tanda gigitan gadis berkucir dua itu.

“Sudah ketiga kali ini kalian berantem terus. Mau diskorsing hah!”bentak Bu Sundari dengan menggeleng-gelengkan kepala pusing dan heran dengan sikap keduanya,”ayok berdiri kita menghadap ke Kepala Sekolah,” ketusnya.
Susi dan Hadi tergagap dan kebingungan. Mata keduanya beradu , memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Ketakutan dan bayangan orangtua masing –masing melekat hebat dibenak kedua anak itu.

“Duh mati aku nanti kalo ibu tahu. Gimana ini nanti aku dikeluarin?”cemas dalam hati Hadi, sambil mengepal tangannya ketakutan.
“Gimana ini?kalau aku dikeluarin sekolah giman?”batin Susi sambil meremas tangannya , takut jika terjadi apa-apa.

Bu Sundari yang sedari tadi berjalan di depan keduanya, mulai merasai ketakutan dari kedua anak itu. Matanya melirik, ada ide yang membuat efek jera keduanya. Pintu ruang Kepala Sekolah di depan mata. Langkah Hadi dan Susi berhenti, keduanya saling tatap. Menghela nafas panjang. Ibu Sundari menyuruh keduanya menunggu diluar terlebih dahulu. Dari jendela nampak Bu Sundari dan Kepala Sekolah berbincang serius. Beberapa menit kemudian mereka disuruh masuk ke dalam.

“Bapak sudah tahu masalah tadi, Bu Sundari telah kasih tahu Bapak,”ucap Pak Kepala memecah keheningan, “bapak akan memberikan kalian hukuman yang layak”,lanjutnya.

Peluh keringat dingin Hadi dan Susi berkucuran, tertunduk dalam tak berani beradu pandang dengan Pak Kepala.
Susi yang ketakutan langsung bertanya,”Apa kami akan dikeluarkan Pak?”tatapnya takut jika itu benar.
Pak kepala yang semula duduk mulai berdiri, berjalan kecil menuju ke arah jendela.

“Pak”ucap Susi tak sabar menunggu jawab.
Badan pak Kepala berputar menghadap keduanya.

“Hampir saja kalian akan Bapak keluarkan” kata Pak Kepala dengan mata yang memicing, serta menatap tajam keduanya, “namun Bapak urungkan,”lanjutnya yang membuat jantung gadis berkucir dua dan Hadi tak keruan, “Bapak ada hukuman buat kalian jika kalian tak mau dikeluarkan”

“Apa itu pak?”rebut Hadi cepat
Dengan tatapan tajamnya Pak Kepala mengatakan dengan pelan,”Membersihkan toilet sekolah”
“Haaaa,”syok, Susi dan Hadi .

                                                                                ***
Langkah dua mahluk berseragam merah putih itu lunglai, setelah mendengar hukuman yang diberikan Pak Kepala tuk menebus kesalahan mereka.
Keduanya terduduk lesu di kursi Taman Sekolah, mereka terpaku membayangkan betapa kotornya toilet Sekolah yang berbau pesing dan banyak kotoran yang kadang tak disiram. Yeekk mau muntah membayangkannya. Hadi dan Susi menyesali perbuatan mereka. Bu Sundari yang membawakan peralatan pel serta ember plus pembersih toilet telah berdiri di depan mereka. Peralatan perang membersihkan toilet telah siap. Segera diserahkan kepada keduanya.

“Ini semua peralatannya. Yang bersih ya dan jangan berantem ok!”ucap Bu Sundari. Dengan lemas kami mengangguk tanda setuju.

Kamar mandi ini bagaikan pintu menuju neraka. Baunya yang superdewa membuat perut mereka mual. Bergegas mereka memakai masker. Susi dan Hadi tengah membersihkan kamar mandi. Tiba-tiba ada kecoa yang terbang ke arah gadis berkucir itu dan bertengger di rambutnya. Sontak, Susi teriak kencang dan lari sembari lompat-lompat seperti dikejar anjing gila. Hadi yang ikutan panik segera memegang tangan Susi, disuruhnya diam. Ia berhasil melumpuhkan kecoak yang membuat Susi mati kutu.
Tak terasa ketakutan gadis itu tadi membuat Susi  menangis. Hadi merasa bersalah dan ia meminta maaf. Mereka saling meminta maaf dan memaafkan. Sampai dering bel pulang sekolah tergema.
"Huf selesai juga akhirnya," ucap Susi.

Teriknya sang Mentari mencapai puncak di atas kepala. Peluh Susi bercucuran disela-sela kuciran rambut. Hadi melihatnya dan menyodorkan tisu.

“Trimakasih”kata Susi sembari menerima tissu pemberian Hadi.

Hanya dibalas senyum dengan dia. Membersihkan toilet yang lumayan banyak membuat perut keroncongan, bersama-sama mereka ke kantin yang sebelumnya membersihkan tangan.

“Bu soto dua dan es jeruk dua,”ucap Hadi kepada penjaga kantin. Dilihatnya Susi duduk di dekat tiang, ia menghampirinya.
“Dah dipeseninkan?”tanya Susi dengan perut keroncongan
“Udah. Umm wah ternyata lapar juga ya olahraga bersihin toilet”
“Iyalah toiletnya aja hampir ada 10-an gimana gak pegel. Oh harusnya kita dapat gaji Di hari ini” celetuk Susi bercanda.

Merekapun tertawa bersama sambil menikmati soto yang terhidang lesat di depan mata. Bu Sundari yang sedari tadi mengamati mereka ikut tersenyum dan malahan ikut gabung makan bersama. Kata beliau, ia lega melihat Hadi dan Susi akur.

Diperjalanan pulang, Susi dan Hadi berbarengan. sampai di depan rumah Susi, Hadi mengatakan,” Yuk kita ulangin bersih toilet besok” godanya
“Hah apah?ogah ,gak mau weekkk” sembari menjulurkan lidah Susi berlari masuk ke rumah.


Tak disangka, bermula dari permusuhan dan sekarang mereka malah sahabatan. Indahnya persahabatan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar