“Dasar Lelaki!” Pekikku
menggema ketika mendapati suami berjalan mesra dengan seorang wanita. Tak
terfikir olehku yang sedari pagi sampai malam banting tulang mencukupi kebutuhan.
Suamiku baru saja di–PHK dari tempat kerjanya. Dia sangat tertekan. Kesepakatan
awal aku yang menjaga anak-anak dan suami bekerja, namun karena kondisi yang
memaksa pada akhirnya aku turun tangan tuk bekerja. Peluhku mengucur deras.
Sisa-sisa kekuatan masih berada di jejak jemari kaki. Berharap peroleh
kehangatan dan rasa aman setelah pulang , malah semua musnah. Api cemburu
membakar jiwa yang tak tentu. Mengamuk .
Di seberang jalan suami
dan perempuan binal itu terpaku menatap ke arahku yang menghampiri mereka.
Perempuan itu takut dan bersembunyi di balik punggung suamiku. Sesak di dada
tak dapat kuelak. “Dimana lagi kesetiaan? Apa segitu dangkalnya rasa setia
terhadap pasangan hidup saat kesulitan melanda? Tuhan tolong hambamu.”
Air mata mendesak-desak
di pelupuk mata. Tumpah sudah. Matanya menyiratkan penyesalan ketika aku telah
berada di ujung hidungnya. Dia bersimpuh dihadapanku dengan seribu kata maaf.
Aku yang berdiri hanya menagis tergugu melihat kebenaran. Perempuan itu berlari
tanpa ada penyesalan, dan mengatakan maaf.
“Hah kata maaf. Apa
bisa aku memaafkan apa yang diperbuat oleh suamiku dan perempuan itu? Hanya
Tuhan yang dapat melunakkan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar