Senin, 24 Maret 2014

KISAH : CEMBURU, AIR MATA, dan KATA MAAF




“Dasar Lelaki!” Pekikku menggema ketika mendapati suami berjalan mesra dengan seorang wanita. Tak terfikir olehku yang sedari pagi sampai malam banting tulang mencukupi kebutuhan. Suamiku baru saja di–PHK dari tempat kerjanya. Dia sangat tertekan. Kesepakatan awal aku yang menjaga anak-anak dan suami bekerja, namun karena kondisi yang memaksa pada akhirnya aku turun tangan tuk bekerja. Peluhku mengucur deras.
Sisa-sisa kekuatan masih berada di jejak jemari kaki. Berharap peroleh kehangatan dan rasa aman setelah pulang , malah semua musnah. Api cemburu membakar jiwa yang tak tentu. Mengamuk .
Di seberang jalan suami dan perempuan binal itu terpaku menatap ke arahku yang menghampiri mereka. Perempuan itu takut dan bersembunyi di balik punggung suamiku. Sesak di dada tak dapat kuelak. “Dimana lagi kesetiaan? Apa segitu dangkalnya rasa setia terhadap pasangan hidup saat kesulitan melanda? Tuhan tolong hambamu.”
Air mata mendesak-desak di pelupuk mata. Tumpah sudah. Matanya menyiratkan penyesalan ketika aku telah berada di ujung hidungnya. Dia bersimpuh dihadapanku dengan seribu kata maaf. Aku yang berdiri hanya menagis tergugu melihat kebenaran. Perempuan itu berlari tanpa ada penyesalan, dan mengatakan maaf.
“Hah kata maaf. Apa bisa aku memaafkan apa yang diperbuat oleh suamiku dan perempuan itu? Hanya Tuhan yang dapat melunakkan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar