Rabu, 02 April 2014

FA-BIAYYI ALAA'I RABBI KUMA TUKADZDZI BAN (MAKA NIKMAT TUHANMU YANG MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN?)



Anak adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada sepasang suami istri. Anak adalah jalinan kasih yang menguatkan dari kedua hati, merekat dan lebih erat. Anak adalah harapan dari binar impian tinggi kedua orangtuanya. Namun apa semua yang menjadi cita tergapai sesuai asa. Tentu saja onak duri proses menjadikan manusia bermartabat menjadi tantangan disetiap desah nafas. Berbagai metode yang telah ada menjadi bahan renungan untuk menggali potensi sang buah hati yang bermanfaat untuk masa depannya. Menemani tumbuh kembang anak dari tahapan awal sampai dewasa merupakan karunia terindah seorang bunda maupun ayah. Fokus kepada anak dengan memberikan kasih sayang yang cukup,mendorong asupan positif dan meningkatkan tingkat kepercayaan diri sang buah hati.  
Seperti yang terjadi dari kedua orang yang dikarunia ciri khas yang berbeda dari lainnya yaitu Ramaditya Adikara (Penulis mata kedua) dan Ati Fatiyah( sebagai Bu RT disalah satu program acara TV). Sosok inspiratif yang mempunyai rasa syukur selangit yang ada dalam diri mereka. Mungkin di mata orang lain menganggap mereka-mereka ini sosok yang tak sempurna dalam tanda kutip keterbatasan fisik, tapi apa yang terjadi ?mereka mengubah apa yang menjadi kekurangan-kekurangan itu dipatahkan menjadi kelebihan pendobrak sinisme mata manusia. Maha Besar Allah atas segala.
Disini akan ditampilkan inisial percakapan dan diantaranya ada sisipan kalimat bermakna yang bisa dijadikan sebagai bahan renungan.

O : Oki
F  : Ust. Felixsiaw
R : Ramaditya
A : Aty

Ramaditya Adikara bernama asli Eko Ramaditya adalah seorang dosen aktif , jurnalis, dan seorang penulis Mata kedua. Beliau adalah seorang yang ditutup penglihatannya oleh Allah semenjak dilahirkan ke dunia.
O :“Ketika banyak orang mendapatkan suatu cobaan berupa ‘kekurangan’ dalam dirinya , ada yang marah, ada yang putus asa, bahkan ada yang menyalahkan Tuhan. Bagaimana menurut Mas Rama?”
R    :”Jadi memang jika orang-orang melihat saya yang tunanetra pasti sudah umum menyebut bahwa kebutaan yang saya sandang ini berupa kekurangan. Kenapa? Karena dalam kebutaan ini banyak hal yang tidak bisa saya lakukan dan banyak hal yang tidak saya miliki. Nah jika memang kita fokusnya ke sana itu akan menjadi sebuah kekurangan. Namun jika saya memilih bahwa kebutaan ini sebagai kelebihan maka kekurangan itu menjadi sebuah kelebihan. Contohnya misalnya saya terhindar dari dosa mata , itu secara otomatis. Dan yang paling bahagia adalah istri saya, kenapa? Karena saya tidak bisa lirik kanan- kiri (tertawa). Jadi hakikatnya adalah ketika kita memilih apa yang dianggap menjadi kekurangan itu menjadi sebuah kelebihan insya Allah bebannya akan berkurang memang tidak hilang tapi insya Allah lebih mudah untuk kita atasi.”
O  : “Mas Rama kita pengen tahu nih banyak sekali orang-orang yang diberikan kekurangan-kekurangan menurut mereka. Ngamuk, marah sama Allah. Tidak bisa menerima. Kenapa aku seperti ini?kenapa mereka tidak,itu gimana Mas Rama?”
R   : “Jadi mungkin dalam hati kita belum dikaruniai cinta. Jika hati telah terselip cinta, baik orang itu jelek, item,pendek, gemuk tetap aja dibilang baik. Itu kan cinta sama orang lain. Nah jika kita cinta sama diri sendiri, maka apapun kekurangan kejelekan yang ada dalam diri kita insya Allah bisa kita terima. Dan mungkin ketika kita menerima hidayah dari Allah bahwa sebenarnya kita sudah ditakar oleh Allah secara sempurna, sesuai dengan jatahnya masing-masing. Nah yang terpenting sebenarnya adalah percaya bahwa yang Allah berikan ini tidak melebihi sesuai kemampuan hambanya.”
O    : “Untuk bersikap konaah menerima apa yang ada dalam diri pasti membutuhkan proses, apakah ketika kecil pernahkah ada penolakan-penolakan dengan keadaan yang seperti ini?”
R     : “Nah ini saya ingin mengucapkan trimakasih kepada orang tua saya yang ketika masih kecil tidak memasukkan informasi jika menjadi orang buta itu susah. Jadi orang tua saya mendidik saya menyanyangi saya sebagaimana menyanyangi dan mendidik anak-anak yang sempurna fisiknya. Jadi kalau ada tamu, saya tetap dikenalin tidak didiamkan dikamar tetapi tetap disuruh main keluar. Kalaupun saya lari-lari tidak diperingatkan misalnya,’mas kamu kan buta harus hati-hati’ tidak tapi tetap dibilang ‘hati-hati’, iya gitu saja. Jadi tidak ada informasi yang membuat saya merasa bahwa saya ini berbeda. Akibatnya saya merasa oo mungkin hidup ya begini. Saya sadar saat umur 7 tahun lebih jika saya berbeda dalam artian tunanetra, namun saya tidak merasakan kesedihan di dalamnya karena memang orang tua sudah menanamkan rasa cinta ini yang mana kekurangan saya tidak menjadi sebuah pembahasan yang utama dalam keluarga.”
O  : “Bagaimana caranya memanage kesedihan, karena ‘kekurangan’, kekecewaan karena penolakan-penolakan terhadap kita, apa yang harus kita lakukan?”
R   : “Perbanyaklah senyum. Karena senyum ini luar biasa bisa awet muda, bisa membuat awet umur, awet semuanya. Dan termasuk kebahagiaannya bisa awet. Kebetulan memang orangtua saya mempunyai prinsip ‘kalau punya kebahagiaan sering-sering bagi-bagi dengan orang lain niscaya nanti kebahagiaankan bertambah. Tapi jika punya kesedihan curhat hanya sama Allah. Jadi apapun yang saya rasakan apa itu down, galaw ,sedih, itu biasanya saya adukan sama Allah biasanya ketika Qiyamul lail. Karena saya yakin hanya Allah tempat curhat yang paling baik. Ibaratnya handphone yang di charge, jadi ketika saya bangun pagi ketemu hablum minnanas ini udah ceria lagi. Uda powerfull lagi. Nah ketika dalam perjalanannya sehari-hari ini mungkin ada yang ngatain , mencemooh, itukan makin drop baterenya sampai ke masa qiyamullail charge lagi.”

Adanya ciri khas yang Allah berikan kepada mahluknya bukan menjadi alasan untuk membatasi diri kemudian merasa bahwa kita tidak bisa apa-apa, apalagi orang yang Allah berikan banyak sekali kelebihan namun ia enggan untuk mencari kelebihannya. No excuse! Harus perbaiki diri ^_^

Seperti halnya Ramaditya, sosok Aty juga memiliki kelebihan. Kelebihan berat badan. Namun dengan kelebihan yang ia punya tak menyurutkan rasa kepercayaan diri yang ada padanya. Terlahir dengan berat badan yang cukup super, ia teruskan sampai dewasa,’kelebihan’, katanya supaya konsisten. Terlahir di keluarga yang notabene bertubuh besar sehingga permasalahan obesitas yang melanda bukan sebagai bahasan utama. Sosok Aty yang supel ini baru menyadari jika ada yang berbeda dalam dirinya ketika mematahkan kaki kursi saat duduk di atasnya selain itu pada saat menginjak kaki orang lain, katanya teriakan orag yang kakinya terinjak kenceng sekali.
Dari sekilas wawancara di atas ada kesimpulan singkat yaitu ada kesamaan dari keduanya, yang mempunyai keluarga yang selalu mensuport mereka. Tidak me-label-i terhadap hal yang membuat kita tidak percaya diri. Justru dengan keluarga yang memberikan dukungan penuh akan menjadikan buah hati mereka tumbuh menjadi manusia yang penuh percaya diri. Terkadang secara tidak sengaja keluarga malah me-label-i anak-anak mereka dengan label yang negatif. Hal ini sangat disayangkan karena mendorong buah hati mereka untuk menjadi pribadi yang lebih minder dan tak berkembang. Seperti misalnya, ketika anak-anak mendapatkan hasil ulangan 8 kemudian direspon oleh orang tua dengan mengatakan ‘ yang lainnya pasti mendapat 10’. Nah ini yang harus menjadi perhatian bagi orang tua, justru dengan sikap seperti ini membuat buah hati mereka merasa tidak ada sesuatu yang bisa mereka banggakan dari diri mereka sendiri. Stop ! mari hilangkan kebiasaan itu.
A  : “Padahal sebenarnya kalau kita boleh pikirin sekarang, setelah sudah besar. Semua yang ditanamkan semua orang, semua penilaian orang itu adalah benar-benar penilaian manusia. Allah tidak pernah menilai di situ. Allah menilai berdasarkan iman. Jadi istilahnya seperti gati-ganti chasing. Kita yang memutuskan menjadi smart, enjoys for life, atau mendengarkan apa komentar orang lain.”

Kesamaan lagi dari Aty serta Ramaditya. Keduanya selalu mensyukuri yang ada, menikmati hidup dan selalu tersenyum.

O  : “Banyak orang-orang di luar sana yang diberikan kesempurnaan fisik tetapi mereka mengatakan tidak punya potensi apa-apa. Aku tidak bisa menjadi apa-apa. Mungkin karena mereka kurang berusaha untuk menemukan potensinya. Bagaimana dengan Mas Rama bisa menemukan kelebihan-kelebihan yang ada. Sehingga bisa menjadikan sebagai sebuah karya dan sebuah pekerjaan yang Mas cintai?”
R   : “Alhamdulillah saat ini saya aktif sebagai dosen, jurnalis, maupun penulis. Nah yang saya manfaatkan saat ini adalah media teknologi. Misalkan jika saya harus berhubungan dengan mahasiswa, ujian dan segala macam, banyak yang saya lakukan melalui jejaring sosial. Jadi semua perangkat handphone maupun leptop saya instal applikasi yang bisa memudahkan saya ,dengan applikasi bersuara. Nah kita pelajari bahwa semua itu muncul dari kreatifitas. Kreatifitas ini berakar dari cinta.”
O    :”Bagaimana dengan Mba Aty?”
A   : “Jadi begini banyak lompatan-lompatan ajaib dalam hidup aku. Aku kuliah teknik industri kemudian berprofesi jadi bu RT, kan gak nyambung sama sekali. Cuman itu kembali lagi kekeinginan di bawah sadar. Jadi ketika zaman SMP-SMA pengen banget menjadi model di majalah. Nah dari situ aku pengen seperti itu. Suatu ketika ada acara di Bangkok yang puteri-puteri berbadan besar. Aku dalam hati , Ya Allah jika di Indonesia aku ikut. Eh ternyata di Indonesia juga diadakan oleh TV swasta. Nah akhirnya ikutlahlah aku disitu dan sekarang aku di sini. Setelah dari itu syuting-syuting-syuting gitu.”

Ya itulah kecuali bagi orang-orang yang ketika mendapatkan cobaan dari Allah kemudian meratap terus, mengurung diri terus ya tidak pernah berkembang. Tapi lihatlah kedua mereka terus berkembang dan berkembang.

O  : “Mengenai penolakan-penolakan yang telah menyapa bagaimana menanganinya?”
A   : “Jadi waktu itu pernah sempat ada kejadian aku kurang jelas apa tapi ada kata ‘kamu gendut’, trus nangiskan kemudian bilang ke mami. Trus mami bilang ‘makanya uda dibilangin jangan biarkan orang menilai kamu dalam pandangan pertama. Jadi kita yang harus stir orang itu menilai kita seperti apa. Boleh orang yang lihat trus bilah ih gendut, namun bikin orang itu bilang ‘tapi’ setelah kalimat awal. Jadi orang lihat kita bilang, ‘ih gendut tapi cantik ya’, ‘ih gendut tapi pintar ya’. Gendutnya uda kehapus. Tapi memang dari kata-kata itu mami bilang ‘kamu itu harusnya bersyukur kepada Allah Cuma dikasih dengan kelebihan berat badan. Berarti kamu dipercaya, karena kamu membawa beban 2x orang normal’. Trus dianggapnya, ujian mentalnya pasti lebih besar tuh. Jadi menjadi lebih terpacu untuk membuktikan bahwa aku bukan hanya sekadar lemak, aku ada isinya.”
T      : “Bagaimana caranya agar tidak minder karena kekurangan?”
R    :” PD aja lagi, soalnya yang ngerasain kita. Sebenarnya  minder itu muncul karena yang kita pikirin adalah orang lain. Ketika dia bilang ih buta kasian ya hidupnya sengsara, tuh jodohnya jauh tuh. Itu tak terbukti saya ketawa sendiri. Jadi minder itu muncul ketika kita membandingkan diri sendiri dengan orang lain jelas gak sama. Misalnya saya sama Mba Aty, ini jelas kita punya kekurangan maupun kelebihan di zona yang beda. Orang buta digabungin dengan orang yang gendut , bingung juga. Mau dibandingin bagaimana gitu. Paling asik untuk mengatasi minder adalah sering kumpul dengan orang-orang yang yakin punya kelebihan, akan tetapi itu sendiri tidak akan terwujud jika kita sendiri tidak appreciate diri sendiri. “

Selama ukurannya manusia tidak akan pernah puas. Sampai kapanpun takkan pernah puas. Kalau ukurannya adalah Allah maka pujian dan celaan gak ngaruh. Jika ukurannya adalah manusia, pujian akan menambah semangat sedangkan celaan akan menambah kemalasan.

O   :”Bagaimana cara mengubah keterbatasan sehingga menjadi suatu kelebihan?”
R   :”Salah satu cara bagaimana bisa mngubah keterbatasan menjadi kelebihan adalah dengan menerima apapun yang Allah berikan kepada kita dan yakin bahwa Allah sudah memberikan takaran yang paling sempurna. Insya Allah dari sana akan perlahan lahir cinta yang mana cinta itu akan membuat kita lebih positif dan lebih baik lagi memandang apapun yang sudah kita miliki.”
F  :”Kalau saya sederhana bahwa anda mau menulis seribu alasan,Kenapa kita gagal? Atau menulis seribu alasan bagaimana kita sukses? Waktu yang diperlukan adalah sama m mikirnya yang diperlukan sama, capek yang diperlukan sama. Hanya orang-orang yang berfokus pada kelemahan, mereka menghabiskan waktu dan tenaga untuk berfikir seribu alasan bagaimana kita gagal. Tapi untuk orang-orang yang sukses selalu berfikir bagaimana caranya bukan seribu alasan, bagaimana caranya saya bisa sukses?fokus pada kelebihan bukan kekurangan.”
A   :”Menerima kekurangan, jadi gini membuat kekurangan yang ada menjadi senjata utama. Jadi setiap kali kita bertindak atau melakukan sesuatu kita harus berusaha menjadi the best di lingkaran itu. Meski pasti ada persaingan. Berusaha semaksimal mungkin. Karena dalam hidup pasti ada seleksi alam. Jika kita bisa melewati itu insya Allah sukses. Kita tinggal bergantung yang kenceng sama yang di Atas.

Setelah mengikuti dialog antara Ramaaditya, Aty, Ust. Feliz, serta Oki sungguh hanya bisa berucap kalimat takbir, dan beristifar berkali-kali. Malu terhadap diri sendiri. 

#muhasabah diri  # sumber inspirasi iman youtube # semoga postingan ini barokah Aamiinn ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar